Senin, 06 Januari 2020

Kemasan makanan



Kemasan Makanan
Kemasan makanan yang tepat sangatlah penting untuk menjaga cita rasa dan makanan sehat. Kemasan yang tepat adalah seperti pelindung untuk produk makanan. Jika  produk makanan dikemas dengan baik, maka  produk makanan itu akan terlindungi dan terjaga kualitas makanannya serta mencegahnya dari kerusakan. Sangatlah penting bagi Anda untuk tidak hanya memahami  mengapa produk makanan kemasan sangatlah penting namun bagaimana mengemas paket produk makanan dengan benar. Sayangnya tidak ada satu pilihan produk kemasan yang jelas. Produk Kemasan makanan tergantung pada jenis makanan, ukuran, dan apakah produk makanan itu  tidak didinginkan atau dibekukan.

Tujuan Kemasan Makanan

Kemasan makanan memiliki beberapa tujuan utama. Tujuan utama tersebut adalah perlindungan bentuk  produk makanan. Perlindungan bentuk produk makanan memberikan perlindungan dari guncangan, getaran, kompresi, suhu, atau faktor lain yang dapat merusak atau mengurangi kualitas produk makanan tersebut. Kemasan produk makanan juga memberikan perlindungan penghalang sehingga oksigen, uap air, debu atau bahan kimia tetap berada di luar paket. Kemasan produk makananmemberikan penahanan atau aglomerasi, jenis produk makanan yang begitu kecil disatukan bersama dalam satu paket atau serbuk dan bahan – bahan yang terkandungnya. Tetapi paling tidak, produk kemasan menyediakan tempat untuk menulis labelgizi serta informasi pemasaran seperti nama produk, merek dan harga.

Menjaga Ketahanan Makanan Jangka Panjang

Salah satu tujuan utama dari kemasan makanan untuk memperpanjang “masa simpan atau kadaluarsa”produk  makanan tersebut. Beberapa produk makanan memiliki masa kadaluarsa lebih lama daripada yang lain. Misalnya, produk makanan kaleng dan produk beku-kering memiliki masa kadaluarsa yang lama, bisa bebarapa tahun  masa kadaluarsanya.Produk lainnya akan cepat membusuk, terutama ketika paket produk makanan dibuka. Untuk mencegah produk makanan cepat busuk , maka sebaiknya konsumen harus mengemas produk makanan itu atau membekukan produk makanan tersebut.

Faktor Kesehatan Penting dalam Kemasan Makanan

Kemasan makanan memberikan perlindungan penghalang terhadap produk makanan dan tidak hanya menyimpan produk segar, tetapi juga untuk keaman produk makanan tersebut. Beberapa produk makanan, misalnya, berisi bahan pelembabatau peredam oksigen untuk membantu memperpanjang masa kadaluarsa. Atmosfer dimodifikasi atau atmosfer diatur penggunaannya  dalam beberapa paket produk makanan. Pentingnya produk kemasan makanan akan menciptakan pelindung terhadap makanan untuk mencegah bakteri berbahaya atau penyakit lain dari luar untuk merusak makanan tersebut. Beberapa produk, seperti daging, yang tidak dikemas dengan baik dan bahkan dibiarkan seperti aslinya, akan tetap busuk  karena produk  makanan tersebut  tidak disimpan dalam suhu atau tempat penyimpanan yang benar. Sangatlah penting untuk memahami  perlindungan terhadap produk makanan untuk menyimpan produk makanan tersebut tidak hanya sebelum kemasan dibuka, tetapi juga setelah produk makanan itu dibuka karena beberapa jenis makanan memiliki kebutuhan perlakuan yang berbeda.

Jenis Kemasan Makanan

Beberapa bahan yang digunakan baik bahan itu sendiri atau bahan tersebut dalam  campuran dengan bahan-bahan lain  disediakan untuk kemasan makanan yang tepat. Pada proses aseptik membantu melindungi telur utuh sementara kartonmemberikan perlindungan untuk batch telur. Nampan plastik dapat melindungi ikan atau daging dalam kombinasi dengan bungkus plastik. Bungkus palstik kemasan menjaga dan melindungi produk makanan seperti kripik, kerupuk, dan bahkan salad sedangkan paket makanan yang menggunakan kaleng untuk menjaga kualitas makanan tersebut seperti sup, buah dan sayuran.

Fakta dan Dampak Kemasan Makanan

Apakah Anda tahu bahwa industri kemasan makanan adalah seharga 900 Miliar per tahun. Kemasan makanan atau food packaging adalah industri terbesar ketiga di negara Indonesiat. Diperkirakan 150 miliar paket ada di rak-rak toko di negara Indonesia saja. Sementara sebagian besar jenis produk  kemasan yang diperlukan untuk memberikan kesehatan dan perlindunganuntuk produk makanan, banyak  para ahli lingkungan yang mencoba untuk menemukan cara untuk lebih menghemat kertas, plastik dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk kemasan produk makanan. Para konsumen dapat ikut terlibat  dengan melakukan tugas  mereka dengan mendaur ulang produk kemasan makanan tersebut (seperti aluminium, kaca dan plastik) bukan hanya membuang bekas produk kemasan tersebut ke  tempat sampah.

Mengenal Serba-Serbi Kemasan Makanan

Kemasan makanan adalah kemasan yang digunakan hanya untuk makanan. Sebuah kemasan akan memberikan perlindungan terhadap goncangan, tekanan, paparan kimia dan juga faktor biologi. Untuk informasi tentang kandungan nutrisi dan informasi lainnya dapat kita lihat pada label makanan tersebut.
Ada beberapa fungsi dari kemasan makanan, seperti perlindungan secara fisik – kemasan yang baik akan dapat melindungi  makanan dari guncangan, getaran, tekanan, suhu, dll.
  • Proteksi untuk menahan – Kemasan yang baik akan menjadi penghalang yang baik untuk oksigen, uap air, debu, dll. Sekaligus dapat menjaga produk agar tetap baik sampai batas kadaluwarsa yang ditentukan.
  • Pengendalian dan pengelompokan – beberapa produk dengan ukuran yang kecil, biasanya dikelompokkan menjadi 1 paket agar lebih praktis.
  • Informasi pengiriman – Dalam sebuah label yang baik akann terdapat indormasi mengenai bagaimana menggunakan kemasan tersebut, membawa, mendaur ulang, membuang paket tersebut. Pemerintah juga membutuhkan informasi tertentu untuk paket terebut.
  • Marketing – Sebuah kemasan yang baik juga sebuah desain produk yang menarik, dan ditaruh pada etalase dengan menarik, maka para pembeli akan tertarik untuk membelinya.
  • Keamanan – Sebuah paket sebaiknya dibuat tahan terhadap goncangan, karena itu akan menjaga agar tidak ada produk yang rusak. Atau bahkan produk akan disabotase orang.
  • Kenyamanan – Sebaiknya sebuah paket memiliki beberapa tambahan seperti kenyamanan, terutama  dalam mendistribusikan barang, seperti penanganan barang, penumpukan barang, tampilan barang, menjual barang, dll.
  • Pengontrolan porsi – menggunakan kemasa satuan akan lebih praktis untuk digunakan , tapi ada juga beberapa kemasan yang dibuat tidak dalam jumlah satuan.
Kemasan primer adalah kemasan untuk produk makanan yang sedang diproses, sedangkan kemasan sekunder menggabungkan antara paket utama dan disimpan dalam sebuah paket. Sedangkan kemasan tersier adalah menggabungkan semua paket sekunder ke dalam satu pallet.
Ada juga beberapa tempat yang sengaja dibuat dengan menggabungkan teknologi yang berbeda  untuk mendapatkan daya tahan lebih maksimum. Seperti kotak yang diberi tas khusus, seperti minuman sirup, atau produk cair lainnya, dan juga produk daging.  Sedangkan kotak wine hanya digunakan untuk wine saja.

Strategi Pemasaran dan Pengemasan Makanan

Pengemasan sebenarnya merupakan hal yang terdapat dalam bagian” produk” sebagai salah satu strategi dalam pemasaran  yaitu 4p, : produk (product) penempatan (placement), harga (price) dan promosi,(promosi). Akan tetapi, dikarenakan hal tersebut dianggap sangat penting, maka beberapa pemasar  justru melihat pengemasan sebagi P yang kelima. Selain itu untuk melindungi dan mengawetkan makanan, engemasan menyajikan fungsi yang sangat penting untuk mendorong akan pembelian pada tingkat eceran. Untuk pemilik usaha  kecil, maka sebuah desain pengemasan yang menarik akan membuat anda mampu mandapat peluang yang lebih besar dalam peraingan bisnis ritel dan mengganti dalam anggaran pemasaran yang terbatas.

Tujuan dari Pengemasan Produk

Fungsi utama dari sebuah pengemasan suatu produk terutama makanan memerlukan keterlibatan dalam penelitian terhadap ahli toksitologi dan berbagai macam ahli untuk menjamin bahan pengemas tersebut sesuai dengan aturan pemerintah dan Negara yang bersangkutan. Selain itu, pengemasan harus memperhatikan beberapa persoalan seperti kadaluarsa,  rantai distributor logistic, penjualan dalam rak toko, dan penyimpanan dan pemakaian dalam rumah.
Pengemasan produk juga merupakan sebuah alat yang penting dalam pemasaran yang akan mengkomunikasikan merek kepada konsumen secara lebih personal. Di supermarket, terdapat hampir 40.000 jenis barang berdasarkan institute pemasaran makanan (Food Marketing Institute). Dalam sebuah persaingan usaha, kemasan produk anda merupakan kesempatan terakhir untuk mempengaruhi sebuah keputusan akan pembelian. Terlebih lagi, kemasan produk anda harus cepat mempengaruhi calon pembeli yang akan memutuskan pembelian makanan berdasarkan pilihan atas 40.000 pilihan. Rata-rata pembeli menghabiskan waktu sekitar 44 menit di supermarket, berdasarkan penelitian dari departemen pertanian amerika serikat dimana 76 persen pembelian berdasarkan pembelian mendadak, menurut Pokok Pembelian pemasaran internasional.

Merk Personal

Desain pengemasan yang bagus merupakan hal yang penting sekali dalam sebuah produk makanan yang pemasarannya rendah dimana keputusan akan pembelian dibuat karena intuisi yang berdasarkan pada pengalaman akan suatu merek tertentu, berlawanan terhadap produk yang tinggi pemasarannya berdasarka pada keputusan pembelian berdasarkan kebutuhan rasional. Meskipun tidak terdapat aturan mendasar mengenai desain pengemasan makanan yang bagus, akan tetapi terdapat beberapa prinsip atas desain makanan berdasarkan beberapa ahli yang disetujui. Fokus pada bentuk visual akan desain pengemasan harusnya mengkomunikasikan produk merek anda, dimana para pembeli menafsirkannya  berdasarkan pengalaman pribadi. Secara khusus, elemen visual termasuk merek dan nama produk, logo, warna, dan desain grafis. Elemen-elemen tersebut harus dikombinasikan secara tepat untuk mendapatkan  pengenalan produk secara cepat dimana sinyal kepercayaan dan membuat prioduk terlihat berbeda dari deretan rak yang semrawut. Bagi produk baru yang kurang akan nama produk, maka kualitas desain merupakan kunci dari membangun pesona merek.

Semiotik Pengemasan produk

Semiotik  merupakan penggunaan akan tanda dan symbol sebagai usaha sebagai jalan pintas untuk mendapatkan konotasi yang ditargetkan untuk konsumen. Semiotic memerankan peranan penting dalam komunikasi marketing, terutama dalam pengemasan makanan. Sebagai contoh, orang tidak akan perlu berpikir lama mengenai konotasi pada lampu merah pada lampu pengatur lalu lintas, itu berarti “berhenti”. Sama halnya, dimana para pemsar menggunakan petunjuk semiotik untuk mengkomunikasikan atas pengalaman yang memuaskan akan suatu produk. Banteng yang terdapat dalam produk kaleng minuman energi “Red Bull’ berkonotasi pada kekuatan dan maskulin. Banteng yang berwarna merah berkonotsi pada hasrat dan kepuasan. Dikarenakan oleh adanya persimpangan budaya yang homogen atas selera konsumen dan pilihan yang lebih disukai, maka para pemasar global menggunakan semiotic untuk mengkonotasikan arti pada beberapa budaya yang berbeda dimana bahaa seringkali menjadi kehilangan makna yang diakibatkan oleh penerjemahan. Logo McDonalds “panah emas” sebagai contoh merupakan konotasi hamburger dalam beberapa budaya.

Membayar Ahli

Mendesain sebuah kemasan produk bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan sendiri. Ada terlalu banyak hal yang terlibat termasuk keamanan dan kesesuaian yang bisa saja berlalu dengan salah dan akhirnya menjadi suatu tambahan biaya. Terlebih, pemasaran merupakan suatu hal yang memerlukan pengetahuan mengenai perilaku konsumen, desain pengemasan makanan dan grafis, dan rantak distributor logistik. Oleh sebab itu, merupakan hal yang bijaksana apabila menyewa seorang desainer kemasan makanan untuk proyek berikutnya. Industry desain emerlukan keahlian. Maka dari itu,produsen pengemasan makanan  yang bekerja dengan perancang pengemas makanan secara teratur akan memberikan informasi dan rekomendasi akan pengemasan produk.

Mesin Pengemasan Makanan

Jika kita ingin menggunakan mesin pengemas seperti ini, ada baiknya jika kita mencari tahu kemampuan teknis yang dimiliki, berapa tenaga kerja yang dibutuhkan, apakah mesin tersebut aman. Dapat diperbaiki, juga dapat disservice,  modal yang harus dikeluarkan, lokasi peyimpanan mein tersebut, dll. Ada baiknya jika mengurangi penggunaan kemasan makanan yang berlebihan. Sebuah survey yang dilakukan di  Inggris menyebutkan bahwa kemasan yang diedarkan oleh pedagang kecil dapat didaur ulang daripada kemasan yang digunakan oleh pedagang besar. Ketika kita sudah selesai menggunakan kemasan makanan tersebut, ada baiknya jika kita memisahkan antara bahan organic dengna bahan anorganik. Karena bahan organic dapat lebih terurai oleh alam lebih cepat, salah satunya lewat air hujan.
Ada baiknya jika pada saat proses pengiriman barang, kita dapat mengatur suhu makanan yang akan kita kirimkan, karena ada beberapa produk makanan tertentu  yang membutuhkan suhu yang sangat dingin untuk menjaga kualitas makanan yang diproduksinya.  Ada baiknya jika indicator suhu yang ada dengan tingkat keamanan produk makanan yang akan mereka jual.  Sebaiknya kemasan plasti yang digunakan adalah kemasan plastic yang non biodegradable karena plastic ini akan sering bersentuhan dengan makanan maka dari itu pilih plastik yang aman untuk makanan, seperti yang digunakan pada kapsul obat yang kita makan. Penggunaan barcode juga penting, karena itu adalah salah satu tanggal kapan produk ini dibuat.
Sangat penting untuk dapat menjaga keamanan makanan , baik ketika sedang proses pembuatan, pengemasan, penyimpanan produk, dan pengiriman barang, penjualan, dan proses pembelian. Setiap produsen makanan harus benar-benar mematuhi aturanyang sudah diterapkan, beberapa Negara termasuk Indonesia mempertimbangkan kemasan makanan termasuk management mutu, bahaya kemasan produk, Mereka mencari tahu dampak yang akan ditimbulkan terhadap beberapa kemasan tersebut pada beberapa produk makanan. Hal seperti itu memang tidak akan berpengaruh pada saat ini, tapi mungkin itu akan berdampak pada kesehatatan kita di masa yang akan datang.

Sejarah perkembangan teknik kemasan



 Hasil gambar untuk perbedaan kemasan dulu dan sekarang

 

Sejarah Perkembangan Teknik Kemasaan »

Pengemasan bahan pangan sudah lama dikenal dan dipegunakan untuk keperluan manusia. Pada zaman prasejarah orang masih mempergunakkan bahan kemasan dari bahan-bahan alam seperti daun-daun, kulit buah, kulit kayu, pelepah, batu-bauan kerang dan kulit binatang. Bentuk dang fungsi kemasan masih sangat sederhana, yakni hanya untuk keperluan membawa makanan yang tidak habis terkonsumsi ke daerah lain.
Pada zaman Paleolitik, perkembangan pengemasan bau sampai pada pembuatan keranjangdari rumput yang dijalain atau dari ranting-ranting kayu yang lentur.
Pada zaman Neolitik, mulai dikenal wadah dari logam yang dibentuk berupa cawan untuk minum seperti tanduk binatang. Pada zaman ini dikenal pula bentuk-bentuk kmasan seperti cawan, baki, dan benda lain yang terbuat dari tanah liat.
Pada zaman sumerian, kemasan jenis kaca sudah dikenal dengan jar kecil yang igunakan untuk mengemas cairan-cairan yang berharga atau ramuan obat atau parfum.
Pada tahun 750 terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan tempayan yang terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil membuat kontainer keramik dan kontainer dekoratif lainya untuk menyimpan kemenyan, wewangian, dan salep.
Pada awal tahun 1800-an ketika populasi semakin tumbuh di Eropa dan Amerika, tong, kotak kayu, dan kantong serat digunakan secara luas sebagai material kemasan. Dengan permintaan barang konsumen yang semakin meningkat, perkembangan kaleng, aluminium, kaca, dan kantong kertas muncul sebagai sumber daya kemasan yang signifikan.
Pada tahun 1817 kotak kardus pertama kali dibuat di Inggris 200 tahun setelah orang Cina menemukan kertas, dan berubah menjadi perkembangan revolusioner pada akhir abad ke sembilan belas. Kemasan kardus diproduksi secara komersial pada tahun 1839.
Prinsip litografi ditemukan oleh Alois Senefelder pada tahun 1798, merupakan titik signifikan dalam sejarah desain kemasan, dan semakin maju dengan perkembanganya produksi masal. Karena semua kemasan mulai dari kotak kardus, peti kayu, botol, dan kaleng memiliki label kertas, proses litografi label cetakan menjadi salah satu perkembangan yang patut dicatat pada masa itu. Selanjutnya, setiap label atau pembungkus dicetak dengan tangan memakai mesin pres kayu diatas kertas buatan tangan.
Selama  berabad-abad,  fungsi  sebuah  kemasan  hanyalah  sebatas  untuk melindungi  barang  atau  mempermudah  barang  untuk  dibawa.  Seiring  dengan perkembangan  jaman  yang  semakin  kompleks,  barulah  terjadi  penambahannilai-nilai  fungsional  dan  peranan  kemasan  dalam  pemasaran  mulai  diakuisebagai satu kekuatan utama dalam persaingan pasar.
Menjelang  abad  pertengahan,  bahan-bahan  kemasan  terbuat  dari  kulit,kain,  kayu,  batu,  keramik  dan  kaca.  Tetapi  pada  jaman  itu,  kemasan  masih terkesan  seadanya  dan  lebih  berfungsi  untuk  melindungi  barang  terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang. Selainitu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa selamadalam perjalanan.
Baru  pada  tahun  1980-an  di  mana  persaingan  dalam  dunia  usaha semakin  tajam  dan  kalangan  produsen  saling  berlomba  untuk  merebut perhatian  calon  konsumen,  bentuk  dan  model  kemasan  dirasakan  sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Di sini kemasan harus mampu menarik  perhatian,  menggambarkan  keistimewaan  produk,  dan  “membujuk” konsumen.  Pada  saat  inilah  kemasan  mengambil  alih  tugas  penjualan  pada saat jual beli terjadi.
Pada akhir abad atau tahun 1990-an produsen dengan banyaknya merek-merek produk dijual bersamaan dengan yang mereka miliki, menyadari kebutuhan untuk menyertkan insinyur kemasan kedalam tim pengembangan produk dan desainer kemasan sebagai bagian tim pemasaran.

  1. 2.        Perkembangan Kemasan Sesuai dengan Peradaban Manusia
Kemasan tradisional adalah kemasan yang terdapat dan biasa digunakan sejak di pasar tradisional,dengan menggunakan bahan-bahan alam. Memanfaatkan apa yang ada di alam adalah perilaku masyarakat pra-modern. Masyarakat pra-modern memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam untuk kelangsungan hidupnya.Penggunaan bahan-bahan alam pada perkemasan tradisional, memiliki unsur-unsur khusus yang tidak terdapat pada unsur perkemasan modern yang menggunakan bahan-bahan buatan. Unsur-unsur tersebut adalah (Harundiah: 1976) : penampilan, romakonstruksiHubungan dengan alam atau siklus alamiahPenampilan pada kemasan tradisional terlihat lebih alami mulai dari warna, tekstur, dan bentuknya. Aroma dari kemasan tradisional memberikancita rasa dan bau yang khas yang ditimbulkan dari sifat alamiah bahan alam yang dapat mempengaruhi produk di dalamnya. Konstruksi kemasan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam mempunyai kekuatan dan elastisitas tersendiri, yang tidak dapat dijumpai di bahan-bahan buatan pada kemasan modern.
Kemasan tradisional di Indonesia sangat banyak jenisnya. Indinesia yang terdiri dari berbagai suku mempunyai kekayaan kemasan yang beragam dari setiap daerahnya. Pengemasan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia pada saat itu (tradisional) tentu menggunakan kemasan yang bersifat tradisional seperti bambu, kulit pohon, daun, rongga batang daun, batu, gerabah.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka kemasan tradisional disisihkan dengan kemasan modern. Hal ini dapat terjadi disebabkan pola hidup masyarakat berubah, meningkatnya industri, kemajuan iptek, dan berkembangnya fungsi pengemasan.
Pada zaman modern seperti saat ini desain kemasan yang dipergunakan produsen bahan pangan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Menurut Julianti dan Nurminah (2006), Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal atau beberapa cara yaitu sebagai berikut :
  1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian :
    1.  Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai, seperti kemasan produk instant, permen, dll
    2. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip) dan biasanya dikembalikan ke produsen, contoh : botol minuman, botol kecap, botol sirup.
    3.  Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol untuk tempatair minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-lain.
    4. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan):
      1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk yang di bungkusnya.
      2.  Kemasan sekunder, yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya akan tetapi membungkus produk yang telah dikemas dengan kemasan primer.
      3. Kemasar tersier dan kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer atau sekunder.
      4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekauan bahan kemasan :
        1. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.
        2. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.
        3.  Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
        4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan:
          1. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis.
          2. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi.
          3. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.

  1. B.       Peranan Kemasan
Agar bahan pangan yang akan dikonsumsi bisa sampai kepada yang membutuhkannya dengan baik dan menarik, maka diperlukan pengemasan yang tepat. Pengemasan dalam hal ini ditunjukan untuk melindungi bahan pangan segar maupun bahan pangan olahan dari penyebab kerusakan, baik fisik, kimia, maupun mekanis.
Peranan pengemasan adalah:
  1. Mempertahankan bahan dalam keadaan bersih dan higienis
  2. Mengurangi terbuangnya bahan selama distribusi
  3. Mempertahankan gizi produk yang dikemas
  4. Sebagai alat penakar, media informasi dan sekaligus sebagai sarana promosi
Peranan ini dapat diperjelas dengan berperannya suatu kemasan dalam melindungi bahan pangan dari kerusakan dan penguraian serta dapat mempermudah pengangkutan transportasi.

  1. 1.        Peranan kemasan tradisional
Makanan tradisional seperti leupeut, kupat, wajit, angleng, dodol, atau bacang adalah jenis penganan yang sudah tidak asing bagi lidah orang Sunda. Nama-nama itu bukan saja mengingatkan pada rasanya yang sering membuat orang Sunda tergiur, tapi sekaligus desain kemasannya : bahan, teknik serta bentuknya. Kemasan makanan tradisional – jenis kemasan yang memanfaatkan bahan botanis (daun-daunan, misalnya) – berfungsi bukan saja sebagai pelindung isinya dari debu atau agar tahan lama, tapi juga merupakan upaya untuk mengatur, merapikan makanan itu agar mudah dan praktis, dan dipegang.
Selain itu, bahan kemasan tersebut juga memberikan aroma tertentu pada makanannya. Misalnya, peuyem ketan yang dibungkus dengan daun pisang berbeda keharuman rasa-nya (aroma) dari yang dibungkus dengan daun jambu air. Pada jenis makanan tertentu pengemasan dengan bahan botanis, di samping melakukan fungsi-fungsi tadi, juga turut membantu proses, misalnya, penjamuran pada tempe dan peragian (fermentasi) pada peuyeum ketan.
Jadi dapat disimpulkan peranan kemasan tradisional sebagai berikut:
  1. Melindungi produk dari lingkungan luar
  2. Membuat praktis
  3. Membantu proses pemasakan (fermentasi)
  4. menarik konsumen dengan cara warna dan teknik pengemasan
mempertahankan kualitas produk seperti karung goni untuk terigu.

  1. 2.        Peranan Kemasan zaman modern
Peranan kemasan sebenarnya baru dirasakan sekitar tahun 1950-an, saat banyak munculnya supermarket atau pasar swalayan. Kemasan harus “dapat menjual” produk-produk di rak-rak toko. Disini kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan keistimewaan produk, dan “membujuk” konsumen. Kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat transaksi terjadi. Kaidah kemasan, tidak terbatas pada pembungkus dean pelindung produk saja, tapi sudah disertai dengan keindahan kemasannya.
Hermawan Kartajaya, seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat  packaging  berubah peran, dulu orang bilang “Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual).” Sekarang, “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi).” Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.
Perkembangan peran kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berperan sebagai media komunikasi. Misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor telepon  tollfree atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk  complain,  tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut.
Kemasan juga dapat berperan untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu. Contohnya, produk-produk makanan Jepang. Orang Jepang dikenal paling pintar membuat kemasan yang bagus. Permen Jepang seringkali lebih enak dilihat daripada rasanya. Mereka berani menggunakan bahan-bahan mahal untuk membungkus produk yang dijual. Walaupun tidak ada pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan suatu citra yang baik.
Semua produk yang dijual di pasar swalayan harus benar-benar direncanakan kemasannya dengan baik. Karena produk dalam kategori yang sama akan diletakkan pada rak yang sama. Jika produsen ingin meluncurkan suatu produk baru, salah satu tugas yang penting adalah membuat kemasannya stands out,  lain daripada yang lain dan unik. Kalau tidak terkesan berbeda dengan produk lain, maka produk baru itu akan “tenggelam”. Sebelum mencoba isinya, konsumen akan menangkap kesan yang dikomunikasikan oleh kemasan. Dengan demikian kemasan produk baru tersebut harus mampu “beradu” dengan  kemasan produk-produk lainnya.
Dengan melihat peran kemasan yang sangat penting, maka konsep peran pengemasan harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai ke pemakai akhir.

Perbedaan kemasan dulu dan sekarang

Beda Kemasan Dulu dan Sekarang??

Kemasan jaman doeloe dan sekarang, ada gak sih bedanya?
Anyway, sebelum kita masuk kesana, mari kita bahas dulu apa itu kemasan? apa sih pentingnya kemasan? dan seberapa pengaruhnya kemasan terhadap produk yang dijual?

First step, apa itu kemasan?
Cukup banyak referensi yang memberikan definisi tentang kemasan, pengertian yang paling sederhananya sih kemasan itu sesuatu yang membungkus suatu produk, dan berikut ini saya coba berikan pengertian sederhana lainnya supaya gambaran kita tentang kemasan bisa lebih luas..
Kemasan merupakan sesuatu yang melindungi suatu produk dari interaksi zat-zat disekitarnya sehingga bisa mempertahankan kualitas produk..
Sedangkan secara lebih spesifik untuk kemasan makanan, merupakan salah satu cara dalam proses penyediaan makanan yang baik dan higienis agar pada saat sampai dikonsumen masih dalam keadaan baik..
Hmm, sepertinya sudah cukup kita berteori tentang kemasan..

Next aplikasinya, apa sih pentingnya kemasan?
Ada sebuah pernyataan yang bilang bahwa kemasan sangat berperan penting dalam mendongkrak kualitas produk dan pemasaran.
Dan bila melihat hasil survey, sekitar 80% pengunjung konsumen membeli sesuatu secara spontan karena melihat kemasan yang menarik.
Lebih lanjutnya, kemasan yang baik akan membuat sebuah opini di konsumen bahwa produk pangan tersebut diolah melalui mekanisme pengolahan yang baik dan hygienis.
Sekarang, mari kita buat perbandingan..
Kripik Kentang SSS
Kripik Kentang "Lays"
Jika anda menjadi konsumen, dapat dipastikan anda akan cenderung memilih gambar produk yang bawah (terlepas dari pengetahuan anda tentang rasa kedua produk)
Maka kini pertanyaannya, sudahkah kemasan proanda menjual dirinya sendiri??
Karena perlu dicatat bahwa penilaian pertama konsumen terhadap suatu produk adalah melalui kemasannya.
Rasa sebetulnya bukan merupakan sebuah masalah, karena bersifat relatif, artinya bisa enak atau tidak enak.
Kemasan produk UKM kalah jauh jika dibandingkan dengan kemasan produk olahan pabrikan mulai dari aspek penampilan (kombinasi warna yang dipilih), jenis bahan, dan label.
Tampilan kemasan produk makanan pabrikan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga meningkatkan rasa ingin tahu untuk mencicipi makanannya.

Dan jika dilihat pada gambar sebelumnya maka produk dengan kemasan SSS (sangat sederhana sekali) pada gambar atas, telah kehilangan kesempatan pertama mencuri perhatian konsumen. Tahu kah anda seberapa besar kerugian atas kehilangan kesempatan pertama itu??

Mari kita berhitung dan berandai-andai!!!
Seandainya saja untuk jenis produk yang sama (kripik kentang) di suatu toko ada 3 merek (merek SSS, merek Lays, dan merek Chitatos). Pembeli kita pastikan lebih memilih kedua merek yang sudah populer tersebut. Maka merek SSS telah kehilangan kesempatan pertama untuk dipilih sebanyak 2 kali (2 produk saingan). Katakan saja harga kedua produk saingan sebesar 5.000 + 4.500. Maka jika dijumlahkan, total kehilangannya sebesar 9.000.
Dan seandainya lagi dalam suatu toko ada 2 orang yang berniat membeli produk tsb. Maka total kehilangannya 2 x 9.500 = 19.000
Selanjutnya, misalkan dalam satu komplek terdapat 3 unit toko, maka total kehilangannya 3 x 19.000 = 57.000
Misalkan lagi, dalam satu kelurahan terdapat 4 komplek, maka total kehilangannya 4 x 57.000 = 228.000
Dan dalam satu kecamatan ada 5 kelurahan, maka total kehilangannya 5 x 228.000 = 1.140.000
Sedangkan dalam satu kota terdapat 10 kecamatan, maka total kehilangannya 10 x 1.140.000 = 11 juta ++
Bayangkan di Indonesia saja dalam satu propinsi terdapat setidaknya 30 kota/kabupaten, dikalikan 33 provinsi, dikalikan total kehilangan tadi, sungguh angka yang tidak sedikit bukan?? (dan saya sudah cukup pusing untuk menghitungnya, jadi STOP berhitung sampai disini :))
Jadi tidak berlebihan jika ada ungkapan yang pas untuk kasus di atas, "Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.." :)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan kemasan dulu dan sekarang yaitu seiring perkembangan teknologi pemasaran, dahulu Kemasan MELINDUNGI produk yang DIJUAL sedangkan sekarang Kemasan MENJUAL produk yang dia LINDUNGI. Semoga penjelasan di atas dapat bermanfaat dan menambah gambaran kita semua tentang pentingnya kemasan yang baik..
Sebagai closing, berikut ini adalah gambaran yang cukup menarik tentang kemasan dulu dan sekarang..
Cek i dot..!! :)

Sejarah kemasan



Sejarah Kemasan
Kemasan telah dikenal sejak zaman manusia purba. Masyarakat primitive menggunakan kulit binatang dan keranjang rumput untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut dari hutan. Kemudian 8000 tahun yang lalu, bangsa Cina membuat aneka ragam keramik untuk mewadahi benda padat ataupun cair. Masyarakat Indonesia kuno membuat wadah dari bambu untuk menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada zaman itu, kemasan masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi barang terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat merusak barang. Selain itu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar barang mudah dibawa selama perjalanan.
Selama berabad-abad, fungsi sebuah kemasan hanyalah sebatas untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring dengan perkembangan zaman, barulah terjadi penambahan nilai fungsional dan peranan kemasan dalam pemasaran mulai diakui sebagai satu kekuatan utama dalam persaingan pasar.
Peranan kemasan baru dirasakan pada tahun 1950-an, supermarket mulai banyak bermunculan, dimana kemasaran harus “dapat menjual” produk di rak-rak toko. Tetapi pada saat itu pun kemasan hanya berfungsi memberikan informasi, memberitahu kepada konsumen tentang apa isi atau kandungan di dalam kemasan tersebut.
Baru pada tahun 1980-an dimana persaingan dalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba untuk merebut perhatian calon konsumen, bentuk dan model kemasan dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Disini kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan keistimewaan produk dan “membujuk” konsumen. Pada saat inilah kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat jual beli terjadi.
Definisi kemasan
Kemasan berasal dari package yang artinya membungkus atau mengemas. Secara harfiah pengertian “packaging” dapat diartikan sebagai pembungkus atau kemasan. Secara sederhana kemasan dapat diartikan sebagai suatu benda yang berfungsi untuk melindungi, mengamankan produk tertentu yang berada didalamnya serta dapat memberikan citra tertentu pula untuk membujuk penggunanya.
Menurut Wikipedia, Kemasan merupakan system yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan dipakai. Menurut WTO (World Trade Organization) pengemasan adalah suatu system terpadu untuk mengawetkan, melindungi, menyiapkan produk, hingga siap untuk ditransportasi dan didistribusikan ke konsumen dengan cara yang efektif, efisien, murah dan mudah. Ada beberapa alas an utama pengemasan, diantaranya:;
a.      Untuk keamanan produk yang dipasarkan
Kemasan dapat melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, lebih menarik dan tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.
b.      Untuk membedakan produk kita dengan produk pesaing
Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran. Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing dan membedakan produknya
c.       Untuk meningkatkan penjualan
Karena itu kemasan harus dibuat menarik dan unik, dengan demikian diharapkan dapat memikat dan menarik perhatian konsumen.

Bahan baku kemasan makanan

Bahan Baku Kemasan Makanan

Kemasan makanan adalah sebuah tempat yang biasanya digunakan untuk meletakkan makanan yang sudah di olah maupun yang belum di olah. Beberapa packaging terbuat dari berbagai jenis ada yang terbuat dari plastik, gelas atau kaca, aluminium foil, styrofoam dan kertas. Sebagaimana kita tahu tidak semua bahan baku tersebut dapat dijadikan packaging makanan, Kenapa ??? 
  1. Bahan plastik
  • Bahan plastik sering kita jumpai untuk membungkus makanan, jika makanan itu tidak berkuah dan tidak panas maka bungkusan makanan berbahan plastik ini masih aman untuk kita gunakan. Tetapi janganlah anda memakai plastik yang berwarna hitam untuk mengemas makanan anda, karena plastik ini merupakan plastik hasil daur ulang, dan mengandung bahan kimia yang lebih banyak dan berbahaya dari plastik – plastik lainya. Tapi bahan plastik ini sangat susah melebur dengan tanah, sehingga tidaklah ramah lingkungan.
  1. Bahan Gelas atau Kaca
  • Gelas atau kaca sering kita jumpai untuk membungkus minuman, gelas merupakan bahan  non organik yaitu hasil dari proses pendinginan tanpa melalui proses kristalisasi. Gelas adalah benda padat yang tidak memiliki struktur seperti halnya logam dan juga keramik. Namun gelasjuga mempunyai kekurangan dengan sifatnya yang mudah pecah.
  1. Bahan Alumunium foil
  • Alumunium foil yang sering digunakan untuk bungkus makanan dengan suhu yang tinggi, alumunium foil berupa lembaran logam alumunium yang padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Kombinasi alumunium foil dengan bahan kemasan lain bisa mengahasilkan sebuah kemasan produk baru yang mempunyai daya simpan tinggi, tidak mudah sobek bila tertusuk, teknik penutupan mudah dan tahan dengan suhu sterilisasi yang tinggi.
  1. Bahan Kaleng
  • Kaleng juga sering digunakan untuk packaging makanan maupun minuman cepat saji, kaleng merupakan bahan baku yang terbuat dari lembaran baja yang dibalut timah (Sn) dengan kadar yang tidak lebih dari 1,00-1,25% dari berat kaleng itu sendiri. Namun, bahan tersebut kadang-kadang dilapisi lagi oleh lapisan bukan metl demi mencegah reaksi dengan makanan atau minuman di dalamnya
  1. Bahan Styrofoam
  • Bahan Styrofoam memang sering sekali kita jumpai untuk kemasan makanan. Karena bentuknya yang simple dengan harganya yang ekonomis, itu juga yang menarik minat para pengusaha makanan untuk menggunakan packaging makanan berbahan dasar Styrofoam itu sendiri. Tapi taukah anda, bahwa bahan Styrofoam sangatlah tidak dibolehkan untuk membungkus makanan. Karena terbuat dari bahan – bahan kimia yang sangat berbahaya bagi tubuh, tentu ini juga sangat tidak baik bagi kesehatan para pelanggan anda. Ditambah lagi Styrofoam sendiri sama seperti plastik yang tidak ramah lingkungan.
  1. Bahan kertas
  • Bahan kertas biasa kita jumpai di penjual gorengan, pembungkus nasi . Kertas pun terbagi dalam 2 jenis untuk packaging makanan, yaitu kertas food grade dan non-food grade. Kertas Food grade adalah suatu istilah yang digunakan untuk bahan baku yang layak dipakai untuk memproduksi perlengkapan makanan. Suatu bahan baku yang dapat dianggap sebagai bahan baku dengan kualitas atau mutu kemasan makanan food grade adalah apabila jika bahan baku tersebut tidak akan memindahkan atau mentransfer zat-zat yang berbahaya/beracun ke makanan yang akan kita konsumsi.
  • Kertas non- food grade sendiri contohnya seperti kertas koran bekas yang sering kita jumpai untuk membungkus gorengan dipinggir jalan, dan kertas nasi yang berwarna cokat yang sering kita jumpai untuk membungkus nasi di warteg atau rumah makan lainnya. Tentu ini adalah hal yang salah, kertas koran bekas sangatlah tidak dibenarkan untuk menmbungkus gorengan, karna tekstur gorengan yang berminyak serta bersuhu panas dapat membuat tinta yang terdapat dikoran berkas tercampur dengan gorengan itu sendiri. Sedangkan tinta modern dari koran itu sendiri mengandung bahan kimia yang berbahaya untuk tubuh, efeknya memang tidak terjadi secara langsung, tetapi bila dikonsumsi terus – menerus akan menyebabkan pemicu pikun dan yang lebih parahnya lagi  akan memicu kanker hingga kematian.
Setelah membaca penjelasan diatas masihkah anda mau membahayakan kesehatan para konsumen anda karena kesalahan dan ketidaktahuan anda dalam menentukan bahan baku pengemasan makanan dagangan anda? Tentu tidak bukan, karena seorang pengusaha yang baik adalah yang mementingkan kepuasan serta kesehatan para pelanggannya. Untuk sebab itu mulailah beralih untuk mengubah kemasanan makanan anda menjadi packaging yang berbahan dasar food grade. Keuntungan menggunakan bahan kertas food grade yaitu bahan benar-benar sangat aman untuk makanan, kertas tidak tembus minyak sehingga kemasan akan terlihat tetap bersih dari luar.

Jenis jenis bahan kemasan

JENIS-JENIS BAHAN KEMASAN MAKANAN DAN MINUMAN

Demi menjaga kesehatan, kita harus pandai-pandai memilih jenis kemasan makanan yang akan kita beli dan untuk dikonsumsi. Jadi, Anda perlu tahu berbagai jenis kemasan makanan, beserta efek negatifnya terhadap tubuh kita. Berikut Sharing di Sini Beberapa Jenis kemasan makanan dna minuman yang ada di pasaran.

1. Plastik

Plastik merupakan jenis kemasan yang paling banyak digunakan dalam industri saat ini. Kemudahannya dalam memproduksi membuatnya menjadi pilih kemasan paling murah. Akibat buruknya kita telah membuat sampah plastik begitu besar dalam beberapa dekade terakhir dan berdampak buruk bagi kondisi alam juga.
Sebagian besar kita menganggap plastik untuk kemasan tidak ada bedanya satu dengan lainnya, padahal plastik dibuat sesuai penggunaan kemasan. Ada plastik yang dibuat khusus untuk produk tertentu dan tidak boleh digunakan untuk jenis produk lain. Misalnya saja botok plastik, dibuat oleh pabriknya dengan kode tertentu.

Banyak dari kita terutama Industri kecil menggunakan plastik tidak pada tempatnya. Plastik kresek hitam yang sering digunakan sebagai pembungkus gorengan, gelas plastik yang dipakai untuk air mendidih, botol kemasan air mineral yang diterpa sinar matahari setiap hari, serta penggunaan plastik kiloan untuk membuat ketupat, merupakan contoh-contoh penggunaan kemasan plastik yang salah dan sangat berbahaya. Akibat dari penggunaan plastik yang tidak sesuai dengan fungsinya ini, dikhawatirkan akan terjadi perpindahan komponen kimia dari plastik ke dalam makanan.
Beberapa kemasan plastik berasal dari material polyetilen polypropilen polyvinylchlorida yang jika dibakar atau dipanaskan dapat menimbulkan dioksin, suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang.

2. Kertas

Selain plastik, kertas juga menjadi alat pengemas makanan. Namun ada beberapa kertas yang seharusnya tidak boleh untuk dijadikan kemasan, terutama adalah kertas bekas (seperti bekas majalah atau koran). Kertas bekas memiliki tulisan yang terbuat dari tinta dan terdeteksi mengandung timbal (Pb) yang melebihi batas.
Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah, dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lainseperti ginjal, hati,otak, saraf dan tulang.

3. Kaleng

Kini semakin banyak makanan dan minuman yang dikemas dalam kaleng. Umumnya produk yang dikemas dalam kaleng akan hilang kesegarannya, juga nilai gizi turun akibat pengolahan dengan suhu tinggi.
Pada pemakaiannya, kaleng harus dilapisi timah putih (Sn) dengan sistem pelapisan sangat ketat dan tidak boleh ada lubang pori sekecil apa pun. Kaleng (template) ini harus dilapisi lagi dengan enamel bila akan digunakan untuk makanan yang mudah menimbulkan korosi (karat). bahaya utama makanan kaleng yaitu tumbuhnya Clostridium botulinum yang dapat menyebabkan keracunan botulinin.
Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar.
Cermat memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut.

4. Styrofoam

Riset telah membuktikan bahwa bahan styrofoam sangat diragukan keamanannya untuk kesehatan. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styrene menjadi populer di kalangan bisnis makanan, karena bahan tersebut dapat mencegah terjadinya kebocoran dan mampu mempertahankan bentuknya saat dipegang pelanggan. Bahan tersebut juga mampu mempertahankan suhu panas dan dingin agar tetap nyaman dipegang, dan yang membuatnya sangat populer dilangan pebisnis makanan adalah harganya yang sangat relatif murah.
Bahayanya, jenis bahan gabus styrofoam ini dapat melepas monomer stiren jika dipakai untuk makanan panas,belemak,beminyak,dan beralkohol. Pada bulan Juli 2001, Bagian Keamanan Makanan Pemerintah Jepang mengutarakan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Styrofoam menjadi berbahaya karena dibuat menggunakan butiran-butiran styrene yang diproses dengan benzana. Padahal zat benzana sendiri merupakan salah satu zat yang menimbulkan berbagai macam penyakit seperti mempercepat detak jantung, gangguan syaraf yang menyebabkan mudah lelah, anemia, badan gemeteran, mudah gelisah, gangguan kelenjar tiroid, bahkan kanker.

5. Gelas  / Kaca

Bahan kemasan makanan paling aman adalah gelas. Kelemahannya, kemasan gelas tidak tahan pada suhu tertentu dan rentan pecah. Meski ada juga beberapa jenis gelas yang memang tahan sampai suhu tertentu.

Syarat kemasan yang baik

Syarat Kemasan yang Baik

Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan konsumen dengan “selamat”, secara kuantitas maupun kualitas. Berikut ini syarat-syarat pengemasan yang baik:

1. Tidak ada toksin

Tidak mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia, maka bahan dasar dari sebuah kemasan menjadi hal yang sangat penting untuk memproduksi produk.

2. Biaya rendah

Biasanya untuk mempertahankan produk agar dapat terjangkau oleh daya beli konsumen, produsen menurunkan atau menekan biaya pengemasan sampai batas tertentu, tetapi kemasan dapat digunakan lagi. Hal ini penting karena konsumen akan memilih produk yang sama dengan harga yang lebih rendah.

3. Harus cocok dengan bahan yang dikemas

Memilih kemasan yang salah dapat berakibat merugikan. Contohnya, salah satu produk jenis makanan yang harusnya menggunakan kemasan yang bening atau transparan, tetapi dilakukan sebaliknya, sehingga harus membuka terlebih dahulu untuk mengetahui isi kemasan, dan hal ini akan merusak segel serta menurunkan nilai jual produk.

4. Kemudahan pembuangan kemasan bekas

Pada umumnya kemasan bekas adalah sampah dan menjadi permasalahan yang perlu ditangani. Biasanya produsen membuat produk yang dikemas dengan praktis, dan dapat digunakan kembali atau bisa didaur ulang untuk menarik minat pembeli.

5. Harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan

Persyaratan sanitasi yang baik harus dipenuhi, walaupun bahan dasar sebuah kemasan tidak mengandung toksin. Tujuan adanya persyaratan ini agar menjamin kemasan tersebut sudah lulus dan sesuai peraturan yang tidak membahayakan kesehatan manusia.

6. Kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi

Kemasan produk yang berguna untuk melindungi isi produk harus memiliki karakteristik untuk mempermudah mengambil isi produk di dalam kemasan dan aman. Artinya, tidak banyak produk yang terbuang, tersisa atau tercecer.

7. Ukuran, berat dan bentuk harus sesuai

Ukuran kemasan perlu diperhatikan, karena berhubungan erat dengan penanganan selanjutnya seperti penyimpanan, pengangkutan maupun sebagai alat untuk menarik perhatian. Akan lebih baik kemasan didesain untuk menarik konsumen, dan berat kemasan dibuat sesuai dengan produk untuk mengurangi energi dan biaya pengangkutan.

8. Syarat-syarat khusus kemasan yang baik

Dari semua persyaratan sebelumnya, pada persyaratan ini maka produk harus disesuaikan dengan kategori dan penanganan yang cocok dari isi produk hingga tempat untuk menyimpan produk. Contohnya, kemasan sayuran untuk daerah tropis memiliki persyaratan yang berbeda dengan kemasan produk yang akan diekspor ke daerah yang lebih dingin (subtropis).