Sejarah Perkembangan Teknik Kemasaan »
Pengemasan
bahan pangan sudah lama dikenal dan dipegunakan untuk keperluan
manusia. Pada zaman prasejarah orang masih mempergunakkan bahan kemasan
dari bahan-bahan alam seperti daun-daun, kulit buah, kulit kayu,
pelepah, batu-bauan kerang dan kulit binatang. Bentuk dang fungsi
kemasan masih sangat sederhana, yakni hanya untuk keperluan membawa
makanan yang tidak habis terkonsumsi ke daerah lain.
Pada
zaman Paleolitik, perkembangan pengemasan bau sampai pada pembuatan
keranjangdari rumput yang dijalain atau dari ranting-ranting kayu yang
lentur.
Pada
zaman Neolitik, mulai dikenal wadah dari logam yang dibentuk berupa
cawan untuk minum seperti tanduk binatang. Pada zaman ini dikenal pula
bentuk-bentuk kmasan seperti cawan, baki, dan benda lain yang terbuat
dari tanah liat.
Pada
zaman sumerian, kemasan jenis kaca sudah dikenal dengan jar kecil yang
igunakan untuk mengemas cairan-cairan yang berharga atau ramuan obat
atau parfum.
Pada
tahun 750 terjadi penyebarluasan pemakaian botol, toples, dan tempayan
yang terbuat dari tanah. Pengrajin yang terampil membuat kontainer
keramik dan kontainer dekoratif lainya untuk menyimpan kemenyan,
wewangian, dan salep.
Pada
awal tahun 1800-an ketika populasi semakin tumbuh di Eropa dan Amerika,
tong, kotak kayu, dan kantong serat digunakan secara luas sebagai
material kemasan. Dengan permintaan barang konsumen yang semakin
meningkat, perkembangan kaleng, aluminium, kaca, dan kantong kertas
muncul sebagai sumber daya kemasan yang signifikan.
Pada
tahun 1817 kotak kardus pertama kali dibuat di Inggris 200 tahun
setelah orang Cina menemukan kertas, dan berubah menjadi perkembangan
revolusioner pada akhir abad ke sembilan belas. Kemasan kardus
diproduksi secara komersial pada tahun 1839.
Prinsip
litografi ditemukan oleh Alois Senefelder pada tahun 1798, merupakan
titik signifikan dalam sejarah desain kemasan, dan semakin maju dengan
perkembanganya produksi masal. Karena semua kemasan mulai dari kotak
kardus, peti kayu, botol, dan kaleng memiliki label kertas, proses
litografi label cetakan menjadi salah satu perkembangan yang patut
dicatat pada masa itu. Selanjutnya, setiap label atau pembungkus dicetak
dengan tangan memakai mesin pres kayu diatas kertas buatan tangan.
Selama
berabad-abad, fungsi sebuah kemasan hanyalah sebatas untuk
melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa. Seiring
dengan perkembangan jaman yang semakin kompleks, barulah terjadi
penambahannilai-nilai fungsional dan peranan kemasan dalam
pemasaran mulai diakuisebagai satu kekuatan utama dalam persaingan
pasar.
Menjelang
abad pertengahan, bahan-bahan kemasan terbuat dari kulit,kain,
kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada jaman itu, kemasan
masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi untuk melindungi
barang terhadap pengaruh cuaca atau proses alam lainnya yang dapat
merusak barang. Selainitu, kemasan juga berfungsi sebagai wadah agar
barang mudah dibawa selamadalam perjalanan.
Baru
pada tahun 1980-an di mana persaingan dalam dunia usaha
semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba untuk
merebut perhatian calon konsumen, bentuk dan model kemasan
dirasakan sangat penting peranannya dalam strategi pemasaran. Di sini
kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan keistimewaan
produk, dan “membujuk” konsumen. Pada saat inilah kemasan
mengambil alih tugas penjualan pada saat jual beli terjadi.
Pada
akhir abad atau tahun 1990-an produsen dengan banyaknya merek-merek
produk dijual bersamaan dengan yang mereka miliki, menyadari kebutuhan
untuk menyertkan insinyur kemasan kedalam tim pengembangan produk dan
desainer kemasan sebagai bagian tim pemasaran.
- 2. Perkembangan Kemasan Sesuai dengan Peradaban Manusia
Kemasan
tradisional adalah kemasan yang terdapat dan biasa digunakan sejak di
pasar tradisional,dengan menggunakan bahan-bahan alam. Memanfaatkan apa
yang ada di alam adalah perilaku masyarakat pra-modern. Masyarakat
pra-modern memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam untuk kelangsungan
hidupnya.Penggunaan bahan-bahan alam pada perkemasan tradisional,
memiliki unsur-unsur khusus yang tidak terdapat pada unsur perkemasan
modern yang menggunakan bahan-bahan buatan. Unsur-unsur tersebut adalah
(Harundiah: 1976) : penampilan, roma, konstruksi. Hubungan
dengan alam atau siklus alamiahPenampilan pada kemasan tradisional
terlihat lebih alami mulai dari warna, tekstur, dan bentuknya. Aroma
dari kemasan tradisional memberikancita rasa dan bau yang khas yang
ditimbulkan dari sifat alamiah bahan alam yang dapat mempengaruhi produk
di dalamnya. Konstruksi kemasan tradisional yang menggunakan
bahan-bahan alam mempunyai kekuatan dan elastisitas tersendiri, yang
tidak dapat dijumpai di bahan-bahan buatan pada kemasan modern.
Kemasan
tradisional di Indonesia sangat banyak jenisnya. Indinesia yang terdiri
dari berbagai suku mempunyai kekayaan kemasan yang beragam dari setiap
daerahnya. Pengemasan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia pada saat
itu (tradisional) tentu menggunakan kemasan yang bersifat tradisional
seperti bambu, kulit pohon, daun, rongga batang daun, batu, gerabah.
Seiring
dengan perkembangan zaman, maka kemasan tradisional disisihkan dengan
kemasan modern. Hal ini dapat terjadi disebabkan pola hidup masyarakat
berubah, meningkatnya industri, kemajuan iptek, dan berkembangnya fungsi
pengemasan.
Pada
zaman modern seperti saat ini desain kemasan yang dipergunakan produsen
bahan pangan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Menurut Julianti
dan Nurminah (2006), Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa hal atau beberapa cara yaitu sebagai berikut :
- Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian :
- Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai, seperti kemasan produk instant, permen, dll
- Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip) dan biasanya dikembalikan ke produsen, contoh : botol minuman, botol kecap, botol sirup.
- Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol untuk tempatair minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-lain.
- Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan):
- Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung bersentuhan dengan produk yang di bungkusnya.
- Kemasan sekunder, yang tidak bersentuhan langsung dengan produknya akan tetapi membungkus produk yang telah dikemas dengan kemasan primer.
- Kemasar tersier dan kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer atau sekunder.
- Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekauan bahan kemasan :
- Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.
- Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.
- Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
- Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan:
- Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis.
- Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi.
- Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.
- B. Peranan Kemasan
Agar
bahan pangan yang akan dikonsumsi bisa sampai kepada yang
membutuhkannya dengan baik dan menarik, maka diperlukan pengemasan yang
tepat. Pengemasan dalam hal ini ditunjukan untuk melindungi bahan pangan
segar maupun bahan pangan olahan dari penyebab kerusakan, baik fisik,
kimia, maupun mekanis.
Peranan pengemasan adalah:
- Mempertahankan bahan dalam keadaan bersih dan higienis
- Mengurangi terbuangnya bahan selama distribusi
- Mempertahankan gizi produk yang dikemas
- Sebagai alat penakar, media informasi dan sekaligus sebagai sarana promosi
Peranan
ini dapat diperjelas dengan berperannya suatu kemasan dalam melindungi
bahan pangan dari kerusakan dan penguraian serta dapat mempermudah
pengangkutan transportasi.
- 1. Peranan kemasan tradisional
Makanan
tradisional seperti leupeut, kupat, wajit, angleng, dodol, atau bacang
adalah jenis penganan yang sudah tidak asing bagi lidah orang Sunda.
Nama-nama itu bukan saja mengingatkan pada rasanya yang sering membuat
orang Sunda tergiur, tapi sekaligus desain kemasannya : bahan, teknik
serta bentuknya. Kemasan makanan tradisional – jenis kemasan yang
memanfaatkan bahan botanis (daun-daunan, misalnya) – berfungsi bukan
saja sebagai pelindung isinya dari debu atau agar tahan lama, tapi juga
merupakan upaya untuk mengatur, merapikan makanan itu agar mudah dan
praktis, dan dipegang.
Selain
itu, bahan kemasan tersebut juga memberikan aroma tertentu pada
makanannya. Misalnya, peuyem ketan yang dibungkus dengan daun pisang
berbeda keharuman rasa-nya (aroma) dari yang dibungkus dengan daun jambu
air. Pada jenis makanan tertentu pengemasan dengan bahan botanis, di
samping melakukan fungsi-fungsi tadi, juga turut membantu proses,
misalnya, penjamuran pada tempe dan peragian (fermentasi) pada peuyeum
ketan.
Jadi dapat disimpulkan peranan kemasan tradisional sebagai berikut:
- Melindungi produk dari lingkungan luar
- Membuat praktis
- Membantu proses pemasakan (fermentasi)
- menarik konsumen dengan cara warna dan teknik pengemasan
mempertahankan kualitas produk seperti karung goni untuk terigu.
- 2. Peranan Kemasan zaman modern
Peranan kemasan sebenarnya baru dirasakan sekitar tahun 1950-an, saat banyak munculnya supermarket atau
pasar swalayan. Kemasan harus “dapat menjual” produk-produk di rak-rak
toko. Disini kemasan harus mampu menarik perhatian, menggambarkan
keistimewaan produk, dan “membujuk” konsumen. Kemasan mengambil alih
tugas penjualan pada saat transaksi terjadi. Kaidah kemasan, tidak
terbatas pada pembungkus dean pelindung produk saja, tapi sudah disertai
dengan keindahan kemasannya.
Hermawan
Kartajaya, seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi
telah membuat packaging berubah peran, dulu orang bilang “Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual).” Sekarang, “Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi).” Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya.
Perkembangan
peran kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini
kemasan sudah berperan sebagai media komunikasi. Misalnya pada kemasan
susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi nomor telepon toll–free atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen tidak hanya untuk complain, tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut.
Kemasan
juga dapat berperan untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu.
Contohnya, produk-produk makanan Jepang. Orang Jepang dikenal paling
pintar membuat kemasan yang bagus. Permen Jepang seringkali lebih enak
dilihat daripada rasanya. Mereka berani menggunakan bahan-bahan mahal
untuk membungkus produk yang dijual. Walaupun tidak ada pesan apa-apa
yang ditulis pada bungkus tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan
suatu citra yang baik.
Semua
produk yang dijual di pasar swalayan harus benar-benar direncanakan
kemasannya dengan baik. Karena produk dalam kategori yang sama akan
diletakkan pada rak yang sama. Jika produsen ingin meluncurkan suatu
produk baru, salah satu tugas yang penting adalah membuat kemasannya stands out,
lain daripada yang lain dan unik. Kalau tidak terkesan berbeda dengan
produk lain, maka produk baru itu akan “tenggelam”. Sebelum mencoba
isinya, konsumen akan menangkap kesan yang dikomunikasikan oleh kemasan.
Dengan demikian kemasan produk baru tersebut harus mampu “beradu”
dengan kemasan produk-produk lainnya.
Dengan
melihat peran kemasan yang sangat penting, maka konsep peran pengemasan
harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai ke
pemakai akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar